Rabu, 06 Februari 2013

Catatan Perjalanan dari Kuala Lumpur

Tanggal 30 Januari 2013 adalah salah satu hari ternekat bagi saya diantara hari-hari penuh kenekatan lainnya. Why is that so? Karena pada hari itu saya terbang ke Kuala Lumpur tanpa ijin orang tua, seorang  diri, dan hanya bermodal uang 500 ribu rupiah atau sekitar 150 ringgit. Saya jadi teringat kata-kata Mas Muchlis yaitu sebagai mahasiswa dan seorang yang dewasa kita terkadang tidak perlu lagi meminta ijin orang tua selama kita berkeyakinan hal itu bukan merupakan hal yang buruk. Entah benar atau sedikit sesat, saya pun akhirnya percaya akan teori itu.

Berawal dari hunting tiket promo Air Asia , saya iseng-iseng membeli tiket SUB-KUL pp seharga 300 ribu. Empat hari di KL saya rencanakan untuk mengisi liburan kuliah. Sebelumnya saya sudah merencanakan dengan baik dan melakukan banyak survey baik itu di internet, buku, dan bertanya ke orang lain tentang KL mengingat nantinya saya hanya seorang diri.

Tiba 3 jam sebelum keberangkatan, pagi itu sekitar pukul 8, Bandara Internasional Juanda terlihat cukup sepi. Karena counter check in belum dibuka, saya lalu mencari tempat duduk untuk membaca novel sembari membunuh waktu. Selang beberapa menit membolak-balik novel, diam-diam saya memperhatikan seorang wanita di sebelah saya. Membawa ransel khas backpacker, berpakaian casual, seorang diri, dan membawa buku mengenai info travelling ke Asia Tenggara. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya dan berkenalan. Menit berikutnya, kami sudah terlibat perbincangan yang seru.

Adalah Ayi, Mahasiswi FK UGM angkatan 2010, akan melakukan backpacking ke KL-Bangkok-Krabi-Melaka-KL bersama 7 orang temannya. Namun saat itu Ayie hanya bersama seorang teman, karena yang lain berangkat dari Jakarta. Tanpa terasa, waktu check in dan boarding saya lewati tanpa bosan sedikit pun Alhamdulillah, thanks to Ayi for the nice chit-chat. Tak lupa kami bertukar pin bb dan ID Line sebelum saying goodbye. Have a nice trip Ayi! :)

Dua jam penerbangan Juanda-LCCT terasa begitu lambat bagi saya karena lapar luar biasa. Setelah melewati imigrasi dan screening bagasi, saya langsung menuju ke McD dan memesan cheeseburger plus air mineral. Lumayan lah, makanan seharga 7.46 rm tersebut minimal bisa mengganjal perut.

Setelah makan, saya kemudian mencari tempat bus-bus yang menuju KL Sentral. Oh ya, tiket bus ini dapat dibeli di loket tak jauh dari Arrival Hall LCCT. Tempatnya jelas dan pasti kita lewati kok. Harganya 9rm one-way untuk Skybus dan 8rm one-way untuk Aerobus. Keduanya nyaman dan ber-AC, tidak jauh beda lah dengan kualitas bis patas di Indonesia.

Perjalanan LCCT-KL Sentral memakan waktu sekitar 1 jam. KL Sentral merupakan stasiun LRT, Monorail, KTM Komuter, dan kereta KLIA express. Fasilitasnya lengkap dan tempatnya nyaman loh, ada berbagai tempat makan dan resto seperti McD, KFC, dan banyak lainnya. Ada juga foodcourt di lantai 2 yang menyediakan makanan yang lebih bervariasi mulai dari nasi lemak hingga spaghetti, harganya pun cukup murah, berkisar 5-15rm. Stasiun yang dikelilingi pusat perbelanjaan dan perkantoran ini diklaim sebagai stasiun kereta api terbesar se-Asia Tenggara. Wow. Selengkapnya bisa dilihat di www.klsentral.com.my

KL Sentral

Tiba di KL Sentral sekitar pukul 6.30 pm, saya kemudian mencoba mencari alamat apartemen Shantini. Shantini adalah host saya selama berada di KL. Berawal dari situs Couchsurfing (www.couchsurfing.org) , Shantini bersedia untuk menerima saya menginap 4hari 3 malam secara gratis di apartemennya. Setelah kurang lebih satu jam 'nyasar' dan bertanya kesana kemari saya akhirnya menemukan apartemennya yang terletak tak jauh dari KL Sentral, yaitu di kawasan Little India, Brickfields.

Disambut dengan hangat oleh Shantini dan CJ, anaknya, saya diajak berkeliling sembari ditunjukkan isi dari apartemennya yang mungil nan cantik tersebut. Shantini juga memperkenalkan saya kepada kucingnya yang lucu, Drizzle. Setelah itu saya pamit untuk beristirahat karena 'nyasar' tadi lumayan menguras tenaga.

Kamar saya di apartemen Shantini

Sekitar pukul 7.30 malam saya berencana mengunjungi salah satu landmark terkenal Kuala Lumpur, Petronas Twin Towers. Namun baru lima menit berjalan kaki, perut saya meronta-ronta lagi. Saya baru ingat terakhir kali makan yaitu tadi pagi di McD LCCT. Saya pun menyempatkan diri makan di KFC dengan menu nasi lemak + ayam goreng + air mineral seharga kurang lebih 8rm. Pertama kalinya saya mencoba nasi lemak dan itu hmmmm top markotop! Entah karena efek lapar atau memang benar-benar enak hehe

Lima belas menit berjalan kaki dari KFC di kawasan Little India, sampailah saya di KL Sentral. Untuk menuju Petronas dari KL Sentral, yaitu dengan naik LRT Putra Kelana Jaya Line dan berhenti di KLCC. Tiket seharga 1,6rm sekali jalan dapat dibeli di mesin-mesin tiket atau di loket di KL Sentral. 

LRT merupakan salah satu transportasi umum di KL yang telah terintregasi dengan baik. Selain cepat, bersih, dan nyaman, transportasi umum di KL juga Full-AC loh.. Bahkan karena terbilang baru, transportasi umum di KL menurut saya lebih baik dari negara-negara di Eropa seperti Praha dan Paris. Kapan ya, Indonesia, atau at least Jakarta, punya sistem transportasi umum yang aman, nyaman, dan bersih seperti itu ? :))


LRT yang tiba di stasiun KL Sentral

Sepuluh menit di LRT, sampailah saya di KLCC. Suria KLCC merupakan salah satu pusat perbelanjaan di KL yang juga tempat Petronas, jadi tak heran apabila keluar stasiun KLCC saya langsung berada di mall tersebut. Setelah mencari-cari dan berjalan keluar gedung, tadaaaaa.... Voila, Petronas!! Sempat terkesima beberapa saat sebelum akhirnya saya mengambil beberapa foto dan langsung pulang. Pesan Shantini jangan pulang terlalu larut karena kawasan Little India termasuk sepi, saya turuti.

Petronas Twin Towers

Sampai di apartemen Shantini sekitar 9.30 pm, saya kemudian mandi dan langsung tidur. Masih ada hari esok menanti saya untuk menjelajahi tempat-tempat menarik di KL. Goodnight KL :)

1 komentar:

  1. Entry yang bagus berkenaan Malaysia. Semoga datang kembali ke Ibukota KL

    BalasHapus